bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Minggu, 21 Agustus 2011

Rahmat Allah bagi Orang yang Takwa



Oleh Quraish Sihab

TAFSIR Al Mishbah episode 21 kali ini akan membahas surah Al Araf Ayat 152—156. Setelah ayat yang lalu menjelaskan sikap Nabi Musa terhadap Nabi Harun dan kaumnya dan permohonannya kepada Allah, melalui kelompok ayat ini Allah menjelaskan sanksi yang pantas diterima mereka yang durhaka karena menyembah anak lembu dan enggan bertobat.
Allah menjelaskan bagaimana kelak kemurkaan yang besar akan menimpa mereka. Yakni dijauhkan dari rahmat-Nya dan tertimpa kehinaan dalam hidup, seperti ditindas musuh-musuh mereka serta hilangnya rasa percaya diri dan kehormatan mereka.
Setelah menjelaskan sanksi bagi mereka yang tetap durhaka, ayat selanjutnya berisi penjelasan tentang balasan bagi mereka yang menyadari kesalahannya. Diterangkan, apabila seseorang yang durhaka tapi kemudian beriman dengan keimanan yang benar, Allah akan menerima tobatnya. Ini sesuai sifat Allah yang Maha Pengasih juga Maha Penyayang.
Adapun cara bertobat adalah meninggalkan perbuatan menyekutukan Allah, selalu beriman kepada-Nya, dan menahan hawa nafsu yang mendorong kepada perbuatan durhaka. Setelah penjelasan tentang sikap kaum Nabi Musa beserta perlakuan Allah kepada mereka, kisah penyembahan anak lembu ini diakhiri dengan dianugerahkannya kebahagiaan dan rahmat untuk orang-orang yang hanya menyembah Allah.
Ayat-ayat selanjutnya menceritakan kisah lain yang masih berkaitan dengan pelanggaran Bani Israil. Setelah kejadian penyembahan anak lembu, Allah meminta Nabi Musa menghadap kepada-Nya dengan membawa serta Nabi Harun dan 70 pemuka kaumnya.
Untuk itu, Musa menyeleksi 70 pemuka Bani Israil untuk bertobat pada waktu yang telah ditentukan. Allah langsung memberi mereka cobaan dengan menurunkan gempa dahsyat. Nabi Musa pun segera memohonkan ampun kepada Allah atas kesalahan Bani Israil agar gempa itu berakhir.
Tujuan utama ayat tersebut adalah menjelaskan betapa besarnya kedurhakaan Bani Israil, turunnya siksa atas mereka, serta doa Nabi Musa agar mereka diampuni. Dalam doanya, Nabi Musa menegaskan bahwa Allah dapat melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya dan tidak ada pelindung kecuali Dia.
Ayat selanjutnya menjelaskan lanjutan doa Nabi Musa yang meminta untuk terus ditetapkan dalam kebajikan selama hidup di dunia yang fana ini dan juga di akhirat sana. Nabi Musa mengakui, “Sesungguhnya kami (dalam hal ini kaum Bani Israil dan nabi Musa as.) telah kembali ke jalan Illahi, yaitu jalan tobat kepada Allah dari segala dosa pelanggaran.”
Mendengar permohonan itu, Allah berfirman kepada Musa dan Harun, ”Siksa-Ku akan Kutimpakan baik di dunia maupun di akhirat kepada siapa pun yang Aku kehendaki, masing-masing sesuai dengan pelanggaran yang dilakukannya. Dan rahmat-Ku, yakni anugerah-Ku, meliputi segala sesuatu yang wujud (nyata) di jagad raya ini, masing-masing memperoleh sesuai dengan kebijaksanaan-Ku.
Maka, akan Aku tetapkan rahmat-Ku yang khusus dan bersinambung untuk orang-orang yang bertakwa, yakni yang melaksanakan perintah-perintah-Ku dan menjauhi larangan-larangan-Ku, terutama yang menunaikan zakat, yakni yang membantu meringankan beban orang-orang lemah melalui zakat dan sedekah dan mereka terhadap ayat-ayat Kami terus-menerus beriman.”
Ayat ini menegaskan kewajiban berzakat yang merupakan bentuk kasih sayang seseorang kepada sesamanya. Allah akan merahmati siapa pun yang merahmati mahluk-mahluk-Nya.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar