bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Selasa, 23 Juli 2013

Rekayasa Manusia Dibatasi Ruang dan Waktu

Oleh Quraish Shihab DALAM Tafsir Al Mishbah Surah Yusuf (Q.S. 12) menceritakan tentang Nabi Yusuf yang diangkat derajatnya oleh Allah swt. melalui mimpi seperti dinukilkan dalam Ayat 1—6. Kemudian Ayat 7—15 terkandung hikmah dari perjalanan saudara-saudara Yusuf yang ingin memisah Yusuf dari ayahnya. Lalu dalam ayat lainnya mengisahkan juga bagaimana penyakit hati seperti iri dapat membuat orang berbuat di luar kemanusiaan dan hati nurani. Rekayasa yang dibuat oleh saudara-saudara Yusuf itu nantinya akan terbuka dan hanya dibatasi oleh ruang dan waktu dibanding kekuasaan Allah. "Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda (bukti-bukti) kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudaranya bagi orang yang bertanya." (Q.S. 12:7). Ayat ini menyatakan sesungguhnya terdapat perbedaan antara orang yang mau bertanya atau benar-benar mau tahu dan orang-orang yang tidak perduli. Konteks tersebut kita pakai dalam beribadah, misalnya, jelas terdapat perbedaan antara orang yang membaca Alquran kemudian mau tahu artinya ketimbang hanya membaca untuk sekadar khatam. Orang yang mau tahu tentu sekaligus mendapatkan ilmu selain pahala dan makin kuat keimanannya dengan bukti-bukti kekuasaan Allah yang tersirat dalam Alquran. Karena itu, kita harus buka hati, buka pikiran, dan bertanya, maka kita mendapatkan pengetahuan dan ilmu yang berkah. Pada Ayat 8 sampai 10 diceritakan bagaimana saudara Yusuf iri hati kepada Nabi Yusuf sampai memiliki pikiran hendak mencelakakannya. "Ketika mereka berkata, ‘Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.’" (Q.S. 12:8). "Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik." (Q.S. 12:9). "Seorang di antara mereka berkata, "Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir jika kamu hendak berbuat." (Q.S. 12:10). Nabi Yusuf ini dua bersaudara dengan Bunyamin dari bapak dan ibu yang sama. Sementara Nabi Yusuf juga memiliki sepuluh saudara dari istri ayahnya yang lain. Bayangkanlah dari ketiga ayat tersebut nyata sekali digambarkan bagaimana bahayanya penyakit hati terutama rasa iri. Dengan rasa iri itu, orang tega hendak meninggalkan seorang anak kecil di dasar sumur yang jauh, bahkan sebelumnya hendak dibunuh. Anak berusia 10 tahun saudara sedarah-dagingnya sendiri pula. Dari ayat tersebut juga tersirat pelajaran sebagai orang tua, kita tidak boleh menampakkan kasih sayang yang berbeda terhadap anak-anak kita, karena perlakuan berbeda tersebut akan menimbulkan kecemburuan. Selain itu, terlalu menyayangi anak juga akan berdampak buruk bagi si anak sendiri. Karena cinta yang berlebihan, rasa kekhawatiran atas anak juga berlebihan. Ini amat tidak mendidik karena anak harus dibebaskan untuk belajar dan menikmati kehidupannya sendiri tanpa merasa dikekang. Dari ayat tersebut kita juga bisa lihat orang yang iri biasanya akan merasa dirinya lebih pantas mendapatkan nikmat ketimbang orang lain dan sering mempersalahkan orang lain. Selanjutnya, pada Ayat 9 saudara-saudara Yusuf berkata setelah mereka membuang Yusuf dan kasih sayang ayah mereka kembali hanya tertuju kepada mereka, mereka akan menjadi orang-orang baik kembali. Hingga sekarang juga masih banyak orang yang seperti ini. Mereka sadar berbuat dosa lalu setelah itu ingin menebusnya kembali dengan berbuat baik. Hanya kita kan tidak tahu bahwa kita sempat atau tidak untuk menebus perbuatan dosa itu kembali. Di Ayat 11 sampai 13 menceritakan bagaimana saudara-saudara Yusuf membohongi ayah. Mereka membawa Yusuf berjalan-jalan, padahal hendak membuang Yusuf ke dalam sumur. Saat Yusuf ketakutan di dasar sumur setelah ditinggalkan saudara-saudaranya, Allah berkata kepada Yusuf, "Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur (lalu mereka masukkan dia), dan (di waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf, ‘Hai Yusuf, kamu akan selamat sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi." (Q.S. 12:15). Ayat ini menyatakan bahwa Allah menjamin kehidupan setiap makhluk betapa pun ada yang hendak mencelakakan dengan rencana yang amat rapi. Allah selalu memiliki cara tersendiri untuk memberikan pertolongan kepada hamba-Nya.

Minggu, 28 Agustus 2011

Hindari Godaan Setan dengan Mohon Perlindungan Allah

Oleh Quraish Sihab

Tafsir Al-Mishbah hari ini membahas kelanjutan ayat dalam Surat Al A'raf, yakni ayat 197-202. Pada ayat 197 sekali lagi Allah mengingatkan kaum musyrikin akan kesesatan mereka. Bahwasanya, berhala-berhala yang mereka sembah sama sekali tidak
akan bisa memberi pertolongan.
Ayat 199 dan seterusnya berisi tuntunan Allah yang diberikan lewat
Rasulullah tentang bagaimana cara menghadapi kaum musyrikin agar keburukan mereka dapat dihindari. Ayat itu berpesan, ''Hai Nabi Muhammad SAW, ambillah maaf, yakni jadilah pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf (kebaikan) serta berpalinglah dari orang-orang jahil.''
Perlu dicatat bahwa perintah memberi maaf tersebut tidak berkaitan pelanggaran terhadap ketentuan agama. Perintah tersebut berkaitan dengan
perlakuan buruk kaum musyrikin terhadap pribadi Nabi.
Ayat itu kemudian dilanjutkan dengan uraian tentang budi pekerti luhur dalam hubungan antarmanusia. Susunan ayat yang demikian memberi kesan bahwa tauhid (pengakuan terhadap ketuhanan Allah) harus membuahkan akhlak dan budi pekerti yang luhur bagi seorang muslim.
Berikutnya, Nabi SAW dan umatnya diingatkan dengan ayat yang mengandung penekanan-penekanan agar memohon perlindungan kepada Allah ketika menghadapi bujuk rayu dan bisikan setan untuk meninggalkan perintah
Allah. Dengan memohon perlindungan itu, Allah akan mengusir bisikan dan godaan setan.
Dijelaskan, kemampuan Nabi Muhammad dalam menghadapi godaan setan jauh
melebihi kekuatan orang lain meski orang itu bertakwa. Hal itu dipahami
dari kata 'nazagh

' yang digunakan oleh ayat sebelumnya, yang tertuju kepada kaum bertakwa secara umum. Nabi sebagai imam orang bertakwa termasuk di dalamnya.
Pada ayat selanjutnya diuraikan bahwa orang-orang yang bertakwa, bila
ditimpa godaan setan, mereka akan sadar dan tetap berada di jalan yang
benar.
Beberapa kesimpulan dan inti ajaran yang bisa diambil dari kelompok ayat yang dibahas dalam episode 29 ini antara lain ajaran tentang budi pekerti luhur yang berkaitan dengan hubungan antara sesama manusia. Antara lain mencakup anjuran agar kita menjadi pribadi pemaaf, selalu menganjurkan orang berbuat baik, dan menjauhi orang-orang jahil, yakni mereka yang mengabaikan nilai-nilai ajaran Ilahi.
Ayat-ayat ini juga menunjukkan bahwa setan selalu berupaya menggoda dan
mencari peluang menyesatkan semua manusia. Setan menunggu kesempatan ketika manusia lengah. Keberhasilan setan dalam menggoda seseorang ditunjukkan dengan lahirnya tindakan negatif dari orang tersebut. Orang-orang bertakwa dapat menghindari godaan itu karena mereka selalu sadar, kembali ke jalan yang benar dan memohon perlindungan Allah. ***

Di Antara Kesulitan, Pasti Ada Kemudahan



Oleh Quraish Sihab

KAJIAN tafsir kali ini mengupas Surah Asy Syahr ayat 1—8. Dalam surah ini, beberapa nikmat besar yang telah Rasulullah peroleh diuraikan. Ayat pertama menyatakan, “Bukankah Allah secara langsung dan bersama siapa yang ditugaskan-Nya telah melapangkan dadamu secara khusus untukmu wahai Nabi Muhammad? Engkau sejak itu, kini, bahkan masa datang akan selalu merasa tenang.”
Ayat 2 dan 3 menyebutkan, “Dan di samping itu, Allah juga telah menanggalkan darimu bebanmu yang selama ini engkau pikul (2) yang engkau rasakan sangat memberatkan punggungmu (3)”. Lebih jauh ayat 4 menyatakan, “Di samping itu Allah meninggikan sebutanmu, yakni namamu.”
Makna dari surat ini bahwa Allah memberi kelapangan dada kepada Rasulullah Muhammad saw. atau kepada selain hamba-Nya sebagai anugerah Allah semata.
Keterbelakangan masyarakat, kejauhannya dari kebenaran, dan petunjuk Ilahi merupakan beban psikologis yang amat berat bagi Nabi Muhammad dan semua yang peduli pada masyarakat.
Nama baik Nabi Muhammad saw. yang ditegaskan surah ini bukan saja berdasar pandangan agama Islam, melainkan juga terbukti, antara lain dengan pengakuan nonmuslim yang objektif tentang keunggulan Rasulullah kendati tolok ukur penilaiannya berbeda-beda.
Setelah ayat-ayat yang lalu menguraikan aneka anugerah Allah, ayat 5 bagaikan menyatakan jika engkau telah mengetahui dan menyadari betapa besar anugerah Allah itu, dengan demikian menjadi jelas pula bagimu, "Wahai Nabi Agung—bahwa sesungguhnya sesaat sesudah, bahkan bersama kesulitan ada kemudahan yang besar."
Ini dipertegas lagi dengan mengulangi kalimat yang serupa, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan yang besar. Dengan demikian, yang dituntut hanyalah kesungguhan bekerja dibarengi dengan harapan serta optimisme akan kehadiran bantuan Allah.
Telaahnya bahwa setiap kesulitan pasti disertai kemudahan. Karena itu, temukan peluang di celah tantangan dan melangkahlah disertai tekad menanggulanginya sambil memohon bantuan Allah.
Jangan pernah berhenti melakukan aktivitas positif guna mengukir prestasi. Jangan berleha-leha. Jika letih atau jemu dengan sesuatu, beralihlah kepada kegiatan positif yang lain. Jangan pernah pesimistis! Bersandar kepada Allah akan melahirkan optimisme yang tiada tara. ***