Pembahasan Tafsir Al Mishbah
Selasa, 23 Juli 2013
Rekayasa Manusia Dibatasi Ruang dan Waktu
Minggu, 28 Agustus 2011
Hindari Godaan Setan dengan Mohon Perlindungan Allah
Tafsir Al-Mishbah hari ini membahas kelanjutan ayat dalam Surat Al A'raf, yakni ayat 197-202. Pada ayat 197 sekali lagi Allah mengingatkan kaum musyrikin akan kesesatan mereka. Bahwasanya, berhala-berhala yang mereka sembah sama sekali tidak
akan bisa memberi pertolongan.
Ayat 199 dan seterusnya berisi tuntunan Allah yang diberikan lewat
Rasulullah tentang bagaimana cara menghadapi kaum musyrikin agar keburukan mereka dapat dihindari. Ayat itu berpesan, ''Hai Nabi Muhammad SAW, ambillah maaf, yakni jadilah pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf (kebaikan) serta berpalinglah dari orang-orang jahil.''
Perlu dicatat bahwa perintah memberi maaf tersebut tidak berkaitan pelanggaran terhadap ketentuan agama. Perintah tersebut berkaitan dengan
perlakuan buruk kaum musyrikin terhadap pribadi Nabi.
Ayat itu kemudian dilanjutkan dengan uraian tentang budi pekerti luhur dalam hubungan antarmanusia. Susunan ayat yang demikian memberi kesan bahwa tauhid (pengakuan terhadap ketuhanan Allah) harus membuahkan akhlak dan budi pekerti yang luhur bagi seorang muslim.
Berikutnya, Nabi SAW dan umatnya diingatkan dengan ayat yang mengandung penekanan-penekanan agar memohon perlindungan kepada Allah ketika menghadapi bujuk rayu dan bisikan setan untuk meninggalkan perintah
Allah. Dengan memohon perlindungan itu, Allah akan mengusir bisikan dan godaan setan.
Dijelaskan, kemampuan Nabi Muhammad dalam menghadapi godaan setan jauh
melebihi kekuatan orang lain meski orang itu bertakwa. Hal itu dipahami
dari kata 'nazagh
' yang digunakan oleh ayat sebelumnya, yang tertuju kepada kaum bertakwa secara umum. Nabi sebagai imam orang bertakwa termasuk di dalamnya.
Pada ayat selanjutnya diuraikan bahwa orang-orang yang bertakwa, bila
ditimpa godaan setan, mereka akan sadar dan tetap berada di jalan yang
benar.
Beberapa kesimpulan dan inti ajaran yang bisa diambil dari kelompok ayat yang dibahas dalam episode 29 ini antara lain ajaran tentang budi pekerti luhur yang berkaitan dengan hubungan antara sesama manusia. Antara lain mencakup anjuran agar kita menjadi pribadi pemaaf, selalu menganjurkan orang berbuat baik, dan menjauhi orang-orang jahil, yakni mereka yang mengabaikan nilai-nilai ajaran Ilahi.
Ayat-ayat ini juga menunjukkan bahwa setan selalu berupaya menggoda dan
mencari peluang menyesatkan semua manusia. Setan menunggu kesempatan ketika manusia lengah. Keberhasilan setan dalam menggoda seseorang ditunjukkan dengan lahirnya tindakan negatif dari orang tersebut. Orang-orang bertakwa dapat menghindari godaan itu karena mereka selalu sadar, kembali ke jalan yang benar dan memohon perlindungan Allah. ***
Di Antara Kesulitan, Pasti Ada Kemudahan
Oleh Quraish Sihab
KAJIAN tafsir kali ini mengupas Surah Asy Syahr ayat 1—8. Dalam surah ini, beberapa nikmat besar yang telah Rasulullah peroleh diuraikan. Ayat pertama menyatakan, “Bukankah Allah secara langsung dan bersama siapa yang ditugaskan-Nya telah melapangkan dadamu secara khusus untukmu wahai Nabi Muhammad? Engkau sejak itu, kini, bahkan masa datang akan selalu merasa tenang.”
Ayat 2 dan 3 menyebutkan, “Dan di samping itu, Allah juga telah menanggalkan darimu bebanmu yang selama ini engkau pikul (2) yang engkau rasakan sangat memberatkan punggungmu (3)”. Lebih jauh ayat 4 menyatakan, “Di samping itu Allah meninggikan sebutanmu, yakni namamu.”
Makna dari surat ini bahwa Allah memberi kelapangan dada kepada Rasulullah Muhammad saw. atau kepada selain hamba-Nya sebagai anugerah Allah semata.
Keterbelakangan masyarakat, kejauhannya dari kebenaran, dan petunjuk Ilahi merupakan beban psikologis yang amat berat bagi Nabi Muhammad dan semua yang peduli pada masyarakat.
Nama baik Nabi Muhammad saw. yang ditegaskan surah ini bukan saja berdasar pandangan agama Islam, melainkan juga terbukti, antara lain dengan pengakuan nonmuslim yang objektif tentang keunggulan Rasulullah kendati tolok ukur penilaiannya berbeda-beda.
Setelah ayat-ayat yang lalu menguraikan aneka anugerah Allah, ayat 5 bagaikan menyatakan jika engkau telah mengetahui dan menyadari betapa besar anugerah Allah itu, dengan demikian menjadi jelas pula bagimu, "Wahai Nabi Agung—bahwa sesungguhnya sesaat sesudah, bahkan bersama kesulitan ada kemudahan yang besar."
Ini dipertegas lagi dengan mengulangi kalimat yang serupa, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan yang besar. Dengan demikian, yang dituntut hanyalah kesungguhan bekerja dibarengi dengan harapan serta optimisme akan kehadiran bantuan Allah.
Telaahnya bahwa setiap kesulitan pasti disertai kemudahan. Karena itu, temukan peluang di celah tantangan dan melangkahlah disertai tekad menanggulanginya sambil memohon bantuan Allah.
Jangan pernah berhenti melakukan aktivitas positif guna mengukir prestasi. Jangan berleha-leha. Jika letih atau jemu dengan sesuatu, beralihlah kepada kegiatan positif yang lain. Jangan pernah pesimistis! Bersandar kepada Allah akan melahirkan optimisme yang tiada tara. ***